Senin, 18 Oktober 2010

Tidak Ditemani Orang Tua Tidak Mau Belajar

Ditulis oleh enda endong

Jumat, 16 April 2010-05-05 (10:51)

“Tidak Di temani Or-Tu, Tag Mau Belajar”

Sekolah dengan siswa berkebutuhan khusus diisi siswa-siswa yang serbakekurangan dalam segi mental maupun fisik. Karena itu, penanganan pun dilakukan secara khusus pula. Bagaimana proses belajar-mengajar di sekolah-sekolah tersebut????

SEKOLAH Luar Biasa (SLB) di Jalan Achmad Yani, Kota Pontianak, (16/04) pukul 08.00 WIB, terlihat sepi dari luar. Namun suara-suara dengan nada keras terdengar dari guru-guru SLB yang sedang mengajar dalam kelas. Kondisi sedikit beda dari sekolah umum. “Kalau pelan mengajarnya, sulit ditangkap oleh mereka (murid, red), jadi (suara) guru harus lebih keras,” ujar seorang guru SLB.

Sementara di teras kelas, banyak orangtua yang duduk menunggu anak-anak mereka pulang. “Kalau tidak ditemani, dia tidak mau belajar, bahkan tidak mau datang ke sekolah,” ujar Rosmita, orangtua dari murid yang anaknya punya keterbelakangan mental.

Di SLB terdapat 272 siswa, yang terdiri atas siswa tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa. “Jumlah keseluruhan kelas ada 44,” ujar Kepala SLB Suparjo melalui Risa Farida dari Unit Pembinaan Siswa.

Risa mengatakan, jam pelajaran dimulai pukul 07.30 WIB. Saat jam pelajaran dimulai, guru tidak bisa langsung mengajar seperti di sekolah umumnya. Guru harus lebih dahulu memberikan pengertian dan ajakan yang mendorong murid agar mau belajar. “Mereka itu kadang harus diarahkan baru mengerti,” ujar Risa.

Murid-murid di SLB ini diberikan berbagai macam keterampilan, seperti menjahit, otomotif, mamasak, tata rias, dan lainnya. “Itulah kelebihan mereka, keterampilan lainnya mereka cepat bahkan bisa dikerjakan dengan baik,” ujar Risa bangga. Tapi, jika cacat fisik dan juga cacat mental, kata Risa, dibutuhkan kesabaran ekstra dari seorang guru.

Risa menganjurkan kepada orangtua yang punya anak cacat agar tidak dirumahkan. Artinya, anak harus diberi pendidikan di sekolah atau lembaga yang bisa menampung anak tersebut. “Kadang orangtua malu punya anak seperti itu,” ujarnya.

Rosmini, orangtua murid SLB, mengatakan sempat terpikirkan hal-hal negatif tentang anaknya. Dia sempat minder membawa anaknya di tempat umum. Namun sekarang tidak lagi. Meski anaknya punya kekurangan, juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. “Itu yang perlu disyukuri,” ujar Rosmini.

Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus juga dilakukan di Yayasan Bunga Bangsa yang berlokasi di Jalan LB Siagian No 81, Thehok, Kota Jambi. Di tempat itu, sekitar 50 anak autis dididik.

Dalam satu kelas hanya terdapat satu guru dan satu anak. Koordinator Yayasan Bunga Bangsa Sri Wahyuni mengatakan, mengajari anak autis bukan seperti mengajari anak-anak umumnya. Mereka lebih banyak diberikan terapi sesuai tingkat autisme atau tingkat kekurangan anak. Namun pada umumnya anak yang autis terlebih dahulu diajarkan kontak mata. Setelah itu baru pengenalan yang lain. “Memberikan terapi harus benar-benar dengan lemah lembut dan ajakan,” ujarnya.

Menurut Sri Wahyuni, bertugas menjadi tenaga pendidik memiliki tantangan tersendiri. Apalagi berperan sebagai pendidik anak autis. Tidak hanya dibutuhkan kepintaran dalam bidang akdemik, tetapi yang utama adalah kesabaran dan ketelatenan dalam mendidik anak sehingga menjadi seorang yang mandiri. Anak-anak autis terkadang tidak bisa apa-apa sama sekali, tidak tahu apa pun terhadap lingkungannya. “Itu yang kita ajarkan,” tandasnya.

Yayasan Pendidikan Autisma Buah Hati di Jalan Kolonel Amir Hamzah Sungaikambang, Kota Jambi, juga melakukan hal sama. Satu per satu anak-anak dibimbing di ruangan berukuran 2x2 meter.

Abdullah Zahid, staf ahli psikiater, ahli gizi, dan psikolog anak Yayasan Pendidikan Autisma, mengatakan, terapi autis untuk anak harus dimulai sejak dini. Karena itu, orangtua harus tahu tanda-tanda autis anak. Salah satunya adalah hilangnya kontak mata. “Anak-anak autis itu kalau dipanggil seolah tidak dengar. Mereka cuek bahkan seperti tidak tahu apa apa,” ujarnya.

285 Siswa Berkebutuhan Khusus

Tak semua anak usia sekolah bisa menempuh jenjang pendidikan di sekolah-sekolah umum seperti kebanyakan anak lainnya karena faktor kekurangan mental dan fisik. Namun, mereka tetap harus sekolah. Untung pemerintah telah menyediakan sekolah-sekolah khusus untuk anak-anak dengan berbagai keterbatasan itu.

Data di Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, per September 2009 tercatat ada 47 sekolah berkebutuhan khusus di Provinsi Jambi, termasuk sekolah khusus bagi anak-anak autis. Secara umum sekolah tersebut disebut sekolah luar biasa (SLB). Secara rinci, taman kanak-kanak luar biasa ada 3 kelas, sekolah dasar luar biasa (SDLB) 21 kelas, sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB) 13 kelas, dan sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) sebanyak 10 kelas.

Sedangkan jumlah siswa tercatat 285 orang, 181 laki-laki dan 104 perempuan. Secara rinci, TKLB 10 orang, SDLB (179), SMPLB (55), dan SMALB sebanyak 41 siswa.

Kabid Pendidikan Menengah dan Perguruan Tinggi (Dikmentri) Dinas Pendidikan Provinsi Jambi Ramli Samosir mengatakan, dinas telah memberikan anggaran khusus bagi pembangunan SLB di kabupaten/kota. Ramli menyangkal adanya diskriminasi terhadap SLB. Bahkan Dinas Pendidikan memberikan anggaran khusus untuk pembangunan sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus itu. “Baru-baru ini kita juga sudah membangun beberapa kelas baru untuk beberapa SLB di Provinsi Jambi,” ujarnya. Sayang, Ramli tidak menyebutkan jumlah anggaran dalam angka pasti.

Beberapa waktu lalu, memang Dinas Pendidikan Provinsi Jambi mengakui adanya keterlambatan pemberian honor guru SLB di Provinsi Jambi. Kepala Dinas PProvinsi Jambi Rahmat Derita mengatakan, keterlambatan karena adanya perubahan anggaran dari pemerintah daerah. “Memang ada keterlambatan pembayaran honor guru SLB. Hanya saja saat ini sudah kita bayar semua,” ujarnya singkat.

Rahmat menyatakan, pihaknya terpaksa merapel honor guru SLB selama tiga hingga empat bulan karena adanya perubahan anggaran tersebut. “Seharusnya memang guru menerima honor setiap bulan. Karena ada beberapa perubahan tersebut, kita terpaksa merapel,” ujarnya. Rahmat berjanji, keterlambatan itu tidak akan terulang lagi dan pembayaran diberikan pada waktu yang tepat setiap bulan.

Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jambi A Shomad menilai, pendidikan bagi anak-anak cacat masih minim dibandingkan daerah lain. Itu bisa dilihat dari jumlah anak dengan sarana pendidikan yang ada yang tidak sebanding atau tidak memadai.

Dukungan pemerintah, menurut Shomad, juga minim. Padahal, berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah, anak-anak itu wajib dilindungi dan mendapatkan pendidikan. “Tapi nyatanya tidak dijalankan,” ujarnya menyayangkan.

Pemerintah, kata Shomad, dalam hal ini Dinas Pendidikan, belum punya data valid mengenai anak-anak berkebutuhan khusus. Untuk itu dia menyarankan agar Dinas Pendidikan merekapitulasi jumlah anak-anak seperti itu. Dengan begitu, bisa ditentukan langkah apa yang harus dilakukan. “Dinas juga harus memberikan bantuan untuk sarana pendidikan bagi mereka, karena sudah dianggarkan pemerintah,” tandasnya.

Pemerintah juga harus melakukan evaluasi terhadap sekolah atau instansi sebagai tempat anak-anak itu belajar, misalnya SLB yang hingga kini belum menunjukkan hasil maksimal. Shomad melihat, keterampilan yang dimiliki siswa setelah belajar di SLB belum terlihat. Itu karena minimnya fasilitas yang dimiliki sekolah.

Bagi orangtua yang anaknya penyandang cacat, jangan sampai tidak memberikan pendidikan bagi mereka. Pihak swasta juga harus lebih proaktif membantu anak-anak cacat itu. Dalam hal ini, Dinas Sosial juga berperan penting. “Jangan hanya berdiam dan memberikan pelatihan bagi yang normal. Yang cacat itu mau diapakan?” ujarnya.(viz/wra).

Referensi : http:// www.jambi-independent.co.id/.../index.php?...ditemani...mau-belajar

Penjelasan:

Setelah menganalisa masalah yang di atas tadi dapat saya simpulkan bahwa di dalam masalah ini orang tua sangatlah berpengaruh terhadap proses pendidikan dan pengajaran terhadap seorang anak, lebih-lebih anaknya yang sedang mengalami keterbelakangan mental. Tetapi walaupun seperti ini orang tua harus, dan bukan harus lagi tetapi wajib untuk mensuport anaknya untuk terus mendapatkan pendidikan dan pengajaran walaupun dalam keadaan yang tak memungkinkan.

Dalam situasi ini telah tampak bahwa para dewan guru yang mengajar di Sekolah Luar Biasa ini sangatlah bijak. Karena dalam hal ini para dewan guru telah melakukan strategi pembelajaran yang benar, yaitu dalam hal ini para dewan guru menganalisa dahulu anak-anak yang ingin mendapatkan pendidikan dan pengajaran ini kemudian setelah itu anak ini di tempatkan sesuai dengan ketrampilan yang ada di dalam dirinya masing-masing. Karena melihat seseorang itu jangan hanya cukup dari luarnya saja tetapi lihat potensi-potensi yang dimilikinya seperti pada contoh masalah di atas tadi, bahwasannya walaupun ada sebuah keluarga yang memang memiliki anak yang keterbelakangan mental atau dapat dikatakan cacat fisik, itu bukanlah aib bagi keluarga itu ataupun menjadi masalah di dalam keluarga itu karena banyak fakta-fakta yang telah membuktikan bahwa apabila dalam satu keluarga itu mempunyai anak yang keterbelakangan mental (cacat mental), maka anak tersebut biasanya di titipkan di tempat penitipan anak yang menampung orang-orang yang cacat baik itu bentuknya bagaimana! Yang penting di katakan anak itu cacat. Dan mengenai hal itu menurut saya adalah salah, karena anak itu adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kita semua dan kita sebagai orang tua wajib menjaganya walaupun anak itu dalam keadaan yang tidak kita inginkan, yach seperti contoh di atas tadi. Sebaiknya kita sebagai orang tua yang harus bertanggung jawab atas perjuangan hidup mereka untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak. Benuk tanggung jawab kita adalah kita harus menjaganya dan memberikannya pendidikan dan pengajaran yang layak sesuai dengan keadaan yang ada dan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Apabila memang anak itu mempunyai keterbelakangan mental (cacat mental), orang tua masih dan wajib memberikan tanggung jawab karena itu memang sudah titipan dari Alah untuk kita. Selain kita memberikan pengajaran di rumah, alangkah lebih baiknya kita memberikan pendidikan dan pengajaran di luar rumah atau lebih tepatnya di Sekolah Luar Biasa (SLB).

Di Sekolah Luar Biasa ini telah dipersiapkan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan Dinas Kependidikan yang bertujuan untuk membangun jiwa dan semangat anak-anak yang mempunyai keterbelakangan mental. Karena belum tentu anak yang keterbelakangan mental ini tidak mempunyai potensi-potensi. Dan dari Sekolah inilah kita dapat mengetahui potensi-potensi apa yang dimiliki oleh anak kita. Dan tak mesti kita malu dengan kita mempunyai anak yang keterbelakangan mental ini.

Sekali lagi lebih saya tekankan bahwa apabila di lihat dari segi strategi dewan guru di Sekolah Luar Biasa ini sama dengan Teori yang pelopori oleh Thirndike beserta teman-teman yaitu Teori Behavioristik. Dan dalam teori Thorndike ini telah disebutkan bahwa teori ini mengutamakan pengukuran. Sebab, dengan pengukuran inilah kita dapat mengetahui potensi apa saja yang dimilikinya ini dan juga selain itu kita dapat mengukur sebesar atau sejauh mana perkembangan anak kita selama mengikuti pendidikan dan pengajaran di Sekolah Luar Biasa ini. Selain itu kegiatan proses belajar-mengajar ini adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Dan dalam hal ini para dewan guru menggunakan strategi sbb:

· Menganalisa para peserta didik agar seorang guru dapat membedakan antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain.

· Setelah kita dapat mengetahui seberapa jauh potensi yang dimiliki oleh para peserta didik kita, barulah kita merencanakan materi apa yang ingin kita ajarkan dengan anak tersebut, tentu sesuai dengan potensi yang ada di dalam dirinya masing-masing.

Dan tentu juga seorang guru harus dapat memberikan stimulus yang baik terhadap anak didiknya ini, apalagi dengan anak yang keterbelakangan mental. Dalam hal ini, seorang guru harus mempunyai kesabaran yang kuat untuk dapat mengahdapi segala macam perbuatan-perbuatan yang aneh yang dilakukan oleh anak ini, dan itu juga sudah biasa dan tidak semua anak yang biasanya melakukan perbuatan-perbuatan yang aneh ini.

Tujuan agar kita memberikan stimulus yang baik ini adalah agar anak tersebut dapat merespon apa yang kita ajarkan terhadap mereka. Dan apa-apa saja yang kita keluarkan itu adalah menurut mereka adalah perkataan yang baik dan dikatakan benar menurut mereka. Apalagi dalam konteks ini harus berhadapan dengan anak yang memang benar-benar membutuhkan perhatian tidak hanya dari orang tua, tetapi dengan adanya guru di sini dapat membantu beban orang tua dan juga dapat bermanfaat bagi peserta didik kita.

Dan yang menjadi masalah ini adalah mengapa anak di Sekolah Dasar Luar Biasa ini sebagian kecil mau belajar apabila di temani orang tua. Untuk itu apabila dari pernyataan tersebut telah terbukti bahwa peran orang tua itu sangatlah dibutuhkan. Apalagi pada kasus di atas yang dapat dikatakan bahwa anaknya itu sedang bermasalah yaitu keterbelakangan mental (cacat mental), berarti kita harus memberikan perhatian yang lebih bukan malah melantarkan anak-anaknya atau kurang mendidik anak-anaknya.

Saran dari saya untuk para orang tua harus selalu memperhatikan keadaan dan potensi-potensi yang dimilikinya ini agar kita sebagai orang tua dapat mengawasi dan mengetahui potensi-potensi atau kelebihan-kelebihan apa saja yang dimiliki oleh anak-anak mereka dan semua itu bukan untuk orang lain bahkan untuk dirinya sendiri dan juga untuk keluarganya.

Di sini saya paarkan kelemahan dan kelebihan dari teori yang saya pergunakan ini yaitu teori Thorndike adalah sebagai berikut:

· Kekurangan

  1. Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
  2. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
  3. Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
  4. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
  5. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
  6. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.

· Kelebihan

  1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
  2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
  3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
  4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

Dan inilah contoh dari permasalahan di atas tadi. Siswa yang bernama Kharisma Rizky Pradana yang duduk di kelas IV SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) ini berhasil membuat karangan tulisan, di mana apabila kita lihat ia seorang sosok bocah yang mulut dan tangan kanannya kurang berfungsi malahan yang berfungsi itu tangan kirinya saja. Dan dengan semangat yang tinggi dan yang lebih pentingnya lagi adalah dukungan dari Orang tua yang selalu berada di sampingnya untuk membimbingnya. Karya tulisannya berhasil di muat di koran.

Subhannallah ,,,,,, sungguh luar biasa ciptaan sang-Khalik ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar