Senin, 18 Oktober 2010

Evaluasi Pembelajaran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai. Engan demikian kurikulum telah di rancang, di susun dan di proses dengan maksimal, hal ini pendidikan Islamlah mempunyai tugas yang berat. Di antara tugas itu adalah mengembangkan potensi fitrah manusia (anak).

Untuk mengetaui kapasitas, kwalitas, anak didik perlu diadakan ealuasi. Dalam evaluasi perlu adanya teknik, dan sasaran untuk menuju keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh suro dan kemudian benar-benar diusahakan oleh guru untuk siswa. Betapapun baiknya, evaluasi apabila tidak didasarkan atas tujuan pengajaran yang diberikan, tidak akan tercapai sasarannya.

Apabila di lihat dari pengertiannya, evaluasi ini tidak dapat kita artikan sama dengan pengukuran. Karena apabila di lihat dari sekilas saja makna dari evaluasi ini sama dengan pengukuran. Mengenai pengertian pengukuran, itu berarti suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau ukuran luas kuantitas dari pada sesuatu sedangkan penilaian adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu.

Walaupun di antara ke dua kata tersebut terdapat perbedaan, tetapi ke dua kata ini tidak dapat dipisahkan karena antara pengukuran dan penilaian terdapat hubungan yang sangat erat. Sebab, untuk mengadakan penilaian yang tepat terhadap sesuatu, terlebih dahulu harus di dasarkan atas pengukuran – pengukuran.

Oleh karena itu, di dalam makalah kami ini akan memaparkan dan membahas masalah evaluasi pendidikan.


B. Rumusan Masalah

Di dalam makalah kami ini, kami rangkum point – point yang akan kami bahas pada pembahasan ini adalah sebagai berikut :

· Pengertian Evaluasi

· Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam

· Prinsip – prinsip Evaluasi Pendidikan Islam

· Sistem Evaluasi Dalam Pendidikan Islam

· Sasaran Evaluasi

· Kontekstualisasi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi

Menurut bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evalution”, yang berarti penilaian atau penaksiran.[1] Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan intrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan.[2]

Ada beberapa pendapat lain mengenai definisi dari evaluasi ini:

1. Bloom

Evaluasi yaitu: pengumpulan kegiatan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kegiatannya terjadi perubahan dalam diri siswa menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa.

2. Stuffle Beam

Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh, dan enyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

3. Cronbach

Didalam bukunya Designing Evalutor Of Education and Social Program, telah memberikan uraian tentang prinsip-prinsip dasar evaluasi antara lain :

· Evaluasi program pendidikan merupakan kegiatan yang dapat membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya.

· Evaluasi seyogyanya tidak memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan khusus. Bukanlah tugas evalutor memberikan rekomendasi tentang kemanfaatan suatu program dan dilanjutkan atau tidak. Evalutor tidak dapat memberikan pertimbangan kepada pihak lain, seperti halnya seorang pembimbing tidak dapat memilihkan karier seorang murid. Tugas evalutor hanya memberikan alternatif.

· Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus, sehingga didalam proses didalamnya memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada suatu kesalahan-kesalahan.[3]

B. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam

Secara Secara rasional filosofis, pendidikan Islam bertugas untuk membentuk al-Insan al-Kamil atau manusia paripurna. Oleh karena itu, hendaknya di arahkan pada dua dimensi, yaitu : dimensi dialektikal horitontal, dan dimensi ketundukan vertikal.

Tujuan program evaluasi adalah mengetahui kader pemahaman anak didik terhadap materi terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidikan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.

Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang asfek kogritif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara besarnya meliputi empat hal,[4] yaitu :

1) Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.

2) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.

3) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.

4) Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota masyarakat, serta khalifah Allah SWT.

Dari keempat dasar tersebut di atas, dapat dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis, yaitu :

1) Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

2) Sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya da kegiatan hidup bermasyarakt, seperti ahlak yang mulia dan disiplin.

3) Bagaimana peserta didik berusaha mengelola dan memelihara, serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, apakah ia merusak ataukah memberi makna bagi kehidupannya dan masyarakat dimana ia berada.

4) Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.

Sedangkan menurut Muchtar Buchari M.Eb, mengemukakan, ada dua tujuan evaluasi:[5]

1) Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.

2) Untuk mengetahui tingkah efisien metode pendidikan yang dipergunakan dalam jangka waktu tertentu.

Fungsi evaluasi adalah membantu anak didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya. Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan adeqvate (baik tidaknya) metode mengajar, serta membantu mempertimbangkan administrasinya.

Menurut A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

a) Untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku.

b) Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.

c) Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar mengajar bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan di kuasai, dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.

d) Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid.

e) Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.

f) Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.

g) Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.

C. Prinsip – prinsip Evaluasi Pendidikan Islam

Evaluasi merupakan penilaian tentang suatu aspek yang dihubungkan dengan situasi aspek lainnya, sehingga diperoleh gambaran yang menyeluruh jika ditinjau dari beberapa segi. Oleh karena itu dalam melaksanakan evaluasi harus memperhatikan berbagai prinsip antara lain:[6]

1) Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)

Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil (Q.S. 46 : 13-14).

2) Prinsip Menyeluruh (komprehensif)

Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung jawab (Q.S. 99 : 7-8).

3) Prinsip Objektivitas

Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaharui oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional.[7]

Allah SWT memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (Q.S. : 8), Nabi SAW pernah bersabda : “Andai kata Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan untuk memotong kedua tangannya”.

Demikian pula halnya dengan Umar bin Khottob yang mencambuk anaknya karena ia berbuat zina. Prinsip ini dapat ditetapkan bila penyelenggarakan pendidikan mempunyai sifat sidiq, jujur, ikhlas, ta’awun, ramah, dan lainnya.

D. Sistem Evaluasi Dalam Pendidikan Islam

Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku pada sistem evaluasi yang digariskan oelh Allah SWT, dalam al-Qur’an dan di jabarkan dalam as-Sunnah, yang dilakukan Rasulullah dalam proses pembinaan risalah Islamiyah.

Secara umum sistem evaluasi pendidikan sebagai berikut :[8]

a) Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 155).

b) Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah saw kepada umatnya (QS. An Naml/27:40).

c) Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (QS. Ash Shaaffat/37:103-107).

d) Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya dihadapan para malaikat (QS. Al-Baqarah/2:31).

e) Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktifitas baik, dan memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi mereka yang berakltifitas buruk (QS. Az Zalzalah/99:7-8).

f) Allah SWT dalam mengevaluasi hamba-Nya, tanpa memandang formalitas (penampilan), tetapi memandang subtansi dibalik tindakan hamba-hamba tersebut (QS. Al Hajj/22:37).

g) Allah SWT memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al Maidah/5:8).

E. Sasaran Evaluasi

Langkah yang harus ditempuh seorang pendidik dalam mengevaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi tersebut. Sasaran evaluasi sangat penting untuk diketahui supaya memudahkan pendidik dalam menyusun alat-alat evaluasinya.

Pada umumnya ada tiga sasaran pokok evaluasi, yaitu:[9]

a) Segi tingkah laku, artinya segi-segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan murid sebagai akibat dari proses belajar mengajar.

b) Segi pendidikan, artinya penguasaan pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar.

c) Segi yang menyangkut proses belajar mengajar yaitu bahwa proses belajar mengajar perlu diberi penilaian secara obyektif dari guru. Sebab baik tidaknya proses belajar mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar yang dicapai oleh murid.

Dengan menetapkan sasaran diatas, maka pendidik lebih mudah mengetahui alat-alat evaluasi yang dipakai baik dengan tes maupun non tes.

· Kedudukan akademis setiap murid, baik dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya, sekolahnya, maupun dengan sekolah-sekolah lain.

· Kemajuan belajar dalam satu pelajaran tertentu, misalnya tauhid, fiqih, tarikh dan lainnya.

· Kelemahan dan kelebihan murid.

Dalam evaluasi pendidikan Islam ada empat sasaran pokok yang menjadi target, diantaranya adalah sbb:[10]

§ Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan pribadi dengan Tuhannya.

§ Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungannya dengan masyarakat.

§ Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dengan kehidupan yang akan datang.

§ Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan selaku anggota masyarakat serta selaku khalifah Allah di bumi.

Dalam melaksanakan evaluasi pendidika Islam ada 2 cara yang dapat ditempuh diantaranya:

a) Kuantitatif

Evaluasi kuantitatif adalah cara untuk mengetahui sebuah hasil pendidikan dengen cara memberikan penilaian dalam bentuk angka. (5, 7,90) dan lain-lain.

b) Kualitatif

Evaluasi kualitatif adalah suatu cara untuk mengetahui hasil pendidikan yang diberikan dengan cara memberikan pernyataan verbal dan sejenisnya (bagus, sangat bagus, cukup, baik, buruk) dan lain-lain.


F. Kontekstualisasi

Sebagaimana apabila kita lihat dari fakta yang ada pada saat sekarang ini khususnya pada permasalahan Ujian Nasional (UN), banyak anak – anak yang tidak dapat meraih kelulusan. Di mana penyebabnya adalah masalah dalam nilai yang di raih dalam Ujian Nasional terlalu tinggi atau nilai kelulusannya setiap tahun meningkat yang dapat membuat anak – anak jadi banyak yang tidak dapat lulus Ujian Nasional. Itu terbukti di sekolah – sekolah yang berada di Pontianak khususnya di sekolah – sekolah yang kononnya orang menganggap sekolah itu sekolah buangan seperti di SMA Rahadi Usman dan SMA Panca Bhakti dan lain – lainnya juga.

Apabila di lihat dari masalah – masalah yang terjadi pada saat Ujian Nasional sebenarnya tidak hanya berfaktorkan pada nilai saja. Banyak faktor – faktor yang mempunyai anak – anak tersebut gagal dalam Ujian Nasional (UN) atau dapat di katakan tidak lulus Ujian Nasional seperti dari faktor keluarga, lingkungan maupun faktor – faktor yang berada di lingkungan sekolah yaitu teman – teman, guru – guru dan bisa jadi ada di dalam diri anak itu sendiri.

Sehingga sesuai dengan anggota Komisi X DPR RI yaitu M. Hanif Dakhiri bahwa diperlukan prasyarat dasar sebelum Ujian Nasional dilaksanakan yakni pemenuhan terhadap standar proses pendidikan, seperti sarana prasarana pendidikan yang memadai, distribusi dan kualitasguru, kurikulum dan lainnya. Standar proses pendidikan itu terkait dengan pemenuhan hak – hak dasar warga untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau. “Ini semestinya dipenuhi dulu sebelum UN diberlakukan. Selama ini penerapan UN ‘digebyah – uyah’alias di pukul rata tanpa mempertimbangkan kondisi dari infrastruktur dasar pendidikan,” kata anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa itu sebagaimana dikutip harian Republika.[11]

Sebagai penutup, dalam dunia pendidikan sekali lagi evaluasi memegang peranan yang amat penting. Tanpa evaluasi, kita tidak tahu sejauh mana keluaran pendidikan telah sesuai atau bahkan menyimpang dari tujuan awal yang telah dirancangkan. Evaluasi yang dilakukan secara benar akan banyak manfaatnya karena dari hasil evaluasi itu akan diperoleh umpan balik yang berharga bagi masukan maupun proses pendidikan. Pendek kata, evaluasi sangat bermanfaat baik bagi semua pihak, pemerintah, orang tua, kepala sekolah, guru maupun siswa itu sendiri. Tapi sebaliknya, jika evaluasi ini dilakukan secara salah dan tidak mempertimbangkan dari segala aspek – aspek yang dapat membuat seseorang berhasil dalam Ujian Nasional ini, maka akan berdampak buruk bagi siswa yang mengalaminya. Karena dampak ketidak lulusan ini sangatlah berat,terkadang ada yang mengakhiri hidupnya. Oleh karena itu, janganlah mengaggap enteng dalam Ujian Nasional ini, persiapkanlah diri dari sekarang dengan membekali belajar dan belajar agar ke depannya nanti kita akan berhasil dan lulus dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) ini.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya kata evaluasi berasal dari kata asing “evaluation” yang berarti menilai (tetapi diadakan pengukuran terlebih dahulu). Dari pendapat-pendapat para ahli yang mendefinisikan tentang evaluasi. Pada hakekatnya dalam evaluasi pengajaran memiliki tiga unsur yaitu, kegiatan evaluasi, informasi dan data yang berkaitan dengan obyek yang dievaluasi.

Tujuan dan fungsi evaluasi tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif akan tetapi meliputi ketiga ranah tersebut (kognitif, afektif dan psikomotorik). Yang mempunyai tiga prinsip yaitu prinsip keseimbangan, menyeluruh dan obyektif. Dalam kegiatan evaluasi tersebut sistem yang dipakai yaitu mengacu pada al-Qur’an yang penjabarannya dituangkan dalam as-Sunnah. Dan selain itu tujuannya adalah mengetahui kader pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi – materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan untuk mengetahui siapa di antara anak – anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan untuk mengaevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidik bersungguh–sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan islam.

Prinsip – prinsip evaluasi dalam pendidikan Islam ini adalah prinsip kesinambungan, prinsip menyeluruh, prinsip objektivitas. Dan dalam hal ini sasaran dalam Islam terbagi dalam 3 pokok yaitu dapat di lihat dari segi tingkah lakunya, di lihat dari segi pendidikannya dan dapat juga di lihat dari segi yang menyangkut proses belajar – mengajar.

B. Saran

Untuk para guru agar selalu membimbing anak didiknya untuk terus selalu berlatih dari sekarang ini, karena untuk menghadapi Ujian Nasional nanti agar dapat menghasilkan hasil yang memuaskan dan tidak mengecewakan orang tua, guru, dan masyarakat luas. Selain untuk para guru, saran juga untuk para peserta didik agar selalu mempersiapkan dirinya dalam hal apapun untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional nanti. Mudah-mudahan dari sekilas penjelasan yang tertuang dalam makalah kami ini dapat memotivasi para pelajar dan guru agar sama – sama mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional kelak nanti dengan tujuan agar tercapainya cita – cita yang telah ditentukan yaitu LULUS dengan nilai yang memuaskan.



[1] John M. Echts dan Hasan Shadily, 1983 : 220

[2] M.Chabib Thaha.”Teknik Evaluasi Pendidikan”.(Jakarta:Raja Grafindo Persada,1996). hlm.1

[3] Daryanto.”Evaluasi Pendidikan”.(Jakarta:Rineka Cipta,2001). hlm.2

[4] Samsul Nizar.”Filsafat Pendidikan Islam”(Jakarta:Ciputat Press,2002). hlm.80

[5] M. Chabib Thaha.”Teknik Evaluasi Pendidikan”.(Jakarta:Raja Grafindo Persada,1996). hlm.6

[6] Muhaimin.”Pemikiran Pendidikan Islam”.(Jakarta:Rineka Cipta,1993). hlm.297-280

[7] Tabrani Rusyam.”Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar”.(Jakarta:Gramedia,1989). hlm.211

[8] Samsul Nizar.”Filsafat Pendidilkan Islam”.(Jakarta: Ciputat Press,2002). hlm.86

[9] Abudin Nata.”Filsafat Islam”.(Jakarta:Raja Grafindo,1997). hlm.143

[10] Hamdani Ikhsan.”Filsafat Pendidikan Islam”.(Bandung:Pustaka Setia,1998). hlm.225

[11] http:// republika-online.com/.../masalah dalam Ujian Nasional/2010/../../

Tidak ada komentar:

Posting Komentar